Misalnya Fadli Zon dan Andre Jadi Menteri...


GELORA.CO - Peluang Gerindra masuk kabinet Jokowi memang kecil. Namun, jika benar-benar hal itu terjadi, bagaimana jadinya ya? Apalagi misal nya Fadli Zon dan Andre Rosiade ditunjuk jadi menteri.

 Guru Besar Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI), Prof Budyatna, melihat, bergabungnya Gerindra ke Jokowi agak sulit. Tapi, itu bukan mustahil. Jika Jokowi dan Prabowo setuju membentuk kabinet rekonsiliasi, dalam konsep pemerintahan kohabitasi, koalisi ini bisa menjadi nyata.

Pemerintahan kohabitasi dalam pengertian sederhana bisa diartikan sebagai bergabungnya beberapa tokoh kubu oposisi ke sebuah pemerintahan. Secara harfiah, bisa diartikan sebagai “kumpul kebo” alias “hidup bersama tanpa ikatan nikah”.

Konsep ini sudah sejak lama dikenal di Perancis. Setidaknya sudah 3 kali berlangsung di pemerintahan negara beribu kota Paris itu. Menurut Budyatna, peluang seperti itu ada.

Terlebih, Sandiaga Uno sudah menyatakan Prabowo akan segera bertemu Jokowi. Jokowi sendiri sudah berkali-kali mengajak Prabowo bersama membangun bangsa, yang diartikan Budyatna, untuk duduk dalam pemerintahan.

“Mungkin saja dalam pertemuan nanti, Prabowo ditawari Jokowi kursi menteri untuk Gerindra,” ujar Budyatna, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Kalau Prabowo menerima tawa ran ini, lanjutnya, bisa saja nama Fadli dan Andre diajukan untuk jadi menteri. Alasannya, kedua orang ini adalah orang kepercayaan Prabowo.

“Mereka selalu tampil terdepan selama kampanye Pilpres,” imbuhnya. Untuk Jokowi, lanjutnya, mungkin akan menerima saja. Sebab, ini sebagai bentuk rekonsiliasi dengan Prabowo.

Bagaimana dengan Fadli dan Andre? Budiatna menyatakan, tidak akan bisa menolak. Jika Prabowo yang memerintah, keduanya hanya bisa bilang, siap.

“Mereka sangat loyal pada Prabowo. Ditugaskan apa pun, akan diterima. Terlebih, Fadli Zon juga sudah pernah kerja sama dengan Jokowi,” tutur Budyatna.

Tentu saja, bakal ada pro-kontra jika kedua orang ini menjadi menteri. Masyarakat akan merespons beragam. Kebanyakan, pasti terheran-heran. Lainnya, menolak atau bahkan meng hujat.

“Kontradiktif ketika dua orang yang kerap bersuara, kritis, kadang terkesan nyinyir pada Jokowi, tiba-tiba jadi menterinya. Tak sekadar menga getkan, tapi menakjubkan,” ujar Budyatna. [dm]
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak